Selasa, 05 Mei 2015

Gemar Membaca

Pada sebuah kesempatan, ketika sedang menonton dengan seluruh keluarga. Anak - anakku. Dan istri tercintaku, yang sedang hamil tua 8 bulan. Dalam sebuah percapakan ringan, istriku mengatakan, "Mari yah, kita cari buku bekas. aku ingin sekali membaca banyak buku...." Padahal beberapa hari yang lalu, istriku baru aku belikan dua buah buku dan majalah. 
Seketika itu, aku terlintas, ingin sekali memiliki perpustakaan. Dan ingin sekali menjadikan rumahku menjadi rumah baca untuk kawan2 anakku, dan tertangga2 yang lain. Karena, kami sekeluarga gemar membaca, alangkah indah jika kegemaran kami ini menjadi sebuah kegemaran massal, sehingga kesadaran membaca buku adalah sebuah langkah imajinasi meraih mimpi yang lebih besar.
Dari sini lah, dari blogg lama saya yang jarang sekali saya isi lagi beberapa tahun belakangan ini, mencoba menawarkan sesuatu yang lebih baik untuk kalian semua mewujudkan impian kami. Mungkin impian kalian juga. Dengan menghadirkan "Kesadaran Membaca dalam kehidupan Kebangsaan", kami dapat mewujudkan dan menghasilkan Generasi-generasi muda yang Gemar Membaca.
Dengan ini pula, kami memohon uluran tangan Saudara - saudara, anak - anak muda, Bapak - bapak, dan Ibu semua untuk membantu kami mewujudkan "Taman Baca"  dengan uluran sumbangan Buku - Buku Bekas kepada kami.

Sumbangan buku-buku atau majalah bisa dikirimkan ke :
Ali Hamdan, SE
Perumahan Puri Permata Sari Blok H-15
Kelurahan Petiken, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik
Contact Person : 085733407778; 081231255922; 088801741735
Blackberry : 31675B98

Derma anda sangat kami butuhkan demi mewujudkan Cita - cita kita semua, menjadi anak - anak bangsa yang cerdas dan Generasi Sadar Membaca.
Terima kasih

Senin, 08 September 2008

Kisah Lima Perkara Aneh

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.

Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang negkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya."

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata,
"Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan." Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya.
Ketika diamenghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut.

Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat ia ditanam. Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang menghampiri Nabi itu
sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

Rabu, 16 Juli 2008

Alman/Boot.exe

Ngebasmi virus alman/boot.exe ~dan juga virus2 lainnya
Submitted by bibir on Wed, 12/03/2008 - 23:03.
1. Pastiin kamu punya PCmav, kalo gak punya, kamu bisa beli majalah PCmedia yang selalu ada antivirus ini, atau download aja dari internet, dari www.pcmav.biz ~bukan maksud gw promosi ya.
2. Setelah dapet PCMav-nya sekarang download library ClamAV di http://oss.netfarm.it/clamav/files/clamav-win32-vc6-0.91.2.7z (550kb)
3. Extract file tadi kalo gak bisa pake winrar/winzip, coba pake 7-Zip. download free di http://www.7-zip.org
4. Setelah diekstrak nanti terdapat 2 buah file "libclamav.dll" dan "pthreadvc2.dll", copy/cut dan paste di folder PCmav tadi.
5. Trus download lagi database virusnya di http://db.local.clamav.net/daily.cvd tenang aja cuma 1mb-an doang koq
6. Trus download "main.cvd", coba cari pake google, gw juga lupa downloadnya dimana, kalo gak salah dari situsnya Clamav. http://db.local.clamav.net/main.cvd
7. Trus jadiin satu semuanya dalam satu folder, jadi kira-kira nanti didalam dolder itu terdapat file2 ini
a. PCMAV-CLN.exe ==> dari paket PCMAV di CD/DVD PC Media
b. PCMAV-RTP.exe ==> dari paket PCMAV di CD/DVD PC Media
c. libclamav.dll ==> hasil ekstrak download
d. pthreadvc2.dll ==> hasil ekstrak download
e. main.cvd ==> hasil download
f. daily.cvd ==> hasil download
8. Pusing ya? pokoknya gini deh gampangnya, kamu cari antivirus pcmav dulu, gak usah download yang diatas dulu gpp trus kamu scan (ikuti cara nyecannya di no.9) kalo gak dapet juga virusnya baru kamu lakuin langkah 2-7. untuk cara nyecannya begini.
9. Ok, ceritanya semua udah siap, booting ulang kompie kamu, trus pas muncul lambang bios buru2 tekan F8 berkali-kali biar bisa masuk menu untuk bisa masuk ke "safe mode". setelah muncul menunya, pilih safe mode, biasanya dipaling atas. tunggu sebentar, biar windows meload semua driver yang dibutuhkan.
10. Kalo berhasil, masuk sebagai admin, buka folder dimana kamu simpan antivirus PCMav. double klik pada PCMAV-RTP.exe. tunggu sebentar lagi, kalo emang ada virus biasanya langsung ke detect pada saat pcmav nyecan memori. kalo bener ada virusnya, nanti akan ditampilkan nama virusnya dan dimana letak virus itu bercokol, beri tanda centang pada setiap virus yang ditemukan, trus tekan tombol "cure files" kalo gak ada ya "delete files" pokonya tombol yang bertujuan untuk menghilangkan virus itu.
11. Kalo gak ada virusnya nanti kamu masuk menu utama, plih Location to Scan, centang aja pada ikon My Computer trus ilangin centang pada setiap drive optic yang kamu punya, biar gak makin lambat. trus klik tombol scan. sembari nunggu bisa kamu tinggal tidur dulu atau jajan diwarung sebelah karena rata-rata nyecannya bervariasi antara 1-5jam tergantung banyak files sama spek komputer kamu.
12. Slesai scan nanti ditampilkan list virusnya, centang semuanya trus klik "Cure Files"/"Delete Files", pastiin setelah di klik semua virus berstatuskan "This object was cleaned!" kalo ada file yang ga bisa dicleaned, begini caranya
13. Hapalin path virus yang bandel itu, hapalin juga nama nama filenya, misalkan C:\WINDOWS\linkinfo.dll. Start>Run>cmd enter. buka task manager (CTRL+ALT+DEL) pada tab Process, End Process pada explorer.exe setelah explore mati pindah ke command prompt td. ketik del namadrivenamafilenya /f [Enter], contoh : del C:\WINDOWS\linkinfo.dll /f [Enter]. cek masih ada gak linkinfo.dll-ny, caranya ketik dir C:\WINDOWS [Enter]. cari dilist itu ada gak linkinfo.dll. kalo berhasil kembalikan lagi explorernya dengan mengetikkan explorer [Enter]. done!!!
14. matiin smua aplikasi yang jalan trus restart deh, kalo gak puas sama hasil scannya, coba jalanin langkah 2-7 diatas tadi trus scan ulang lagi deh.
15. Sekian.

Selasa, 27 Mei 2008

Konsultasi Statistik

Pusing masalah Analisis Skripsi, Tesis atau Analisis Proyek??!!!...
Bagi Anda yang memerlukan jasa konsultan tersebut,
Khusus Surabaya dan sekitarnye....
hubungi 031 - 71454003
Silahkn download tawarannya disini......
http://www.4shared.com/file/49075906/23647bc4/tawaran_konsultasi_statistik.html?dirPwdVerified=98f264f5

Selasa, 25 Maret 2008

The Legendary from Betawi


Benyamin S lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut.
Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular.
Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karir musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, Bang Puase, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.
Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.
Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Kusumawati dan berhasil merilis beberapa album, seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Palayan Toko.
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Baiduri serta Si Doel Anak Modern (1977) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya.
Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Benyamin meninggal dunia seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung.

Prisma Pergeseran Budaya Jawa ke Budaya Indonesia

Oleh : Alm. Nurcholis Madjid.
Diambil dari, : http://www.kompas.com/kompas-cetak/

SEMUA agama dan budaya mempunyai hari-hari yang diagungkan, menjadi "hari besar" atau "hari raya". Dalam agama Islam, hari raya yang canonical atau sah dan resmi menurut ajaran agama itu sendiri ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Sedangkan hari-hari raya Islam yang lain, seperti Tahun Baru Hijrah, Maulid Nabi, Isra'-Mi'raj dan Nuzulul Qur'an, adalah hari raya "budaya Islam", bukan hari raya "agama Islam". Karena itu, beberapa negara, seperti Arab Saudi dan sekitarnya yang menganut aliran pemikiran atau mazhab Hanbali dalam tafsiran Muhammad Ibn Abdul Wahhab, selain Idul Fitri dan Idul Adha tidak ada hari yang dirayakan sebagai bagian dari Keislaman, walaupun mereka merayakan hari-hari nasional mereka, yang sama sekali "sekular".
Dari sudut pandang ajaran keagamaan, Idul Fitri dan Idul Adha sesungguhnya sangat terkait, membentuk suatu garis kelanjutan (kontinuum). Tetapi dalam cara merayakannya dan tingkat apresiasi kepada kedua hari raya itu, dunia Islam mengenal variasi yang cukup penting. Di dunia Arab, yaitu kawasan yang meliputi negeri-negeri berbahasa Arab yang terbentang sejak dari Bahrain di timur sampai Marokko di barat, lebih-lebih di Arab Saudi dan negara-negara Teluk, Idul Adha selalu jauh lebih agung daripada Idul Fitri. Sebabnya ialah, Idul Adha berkaitan dengan ibadah haji, yang dalam istilah keagamaan sering disebut juga "haji besar" (al-hajj al-akbar), sebagai imbangan terhadap ibadah umrah yang disebut "haji kecil" (al-hajj al-asghar). Dan fenomena perjalanan orang ke Tanah Suci itu sejak dulu kala merupakan gejala "musim" paling kentara di dunia Arab, kurang lebih sebanding dengan gejala alam yang menandai datangnya suatu musim di negeri-negeri beriklim dingin.
Pengaruh pandangan dunia Arab itu ternyata juga dapat dilihat pada budaya Islam di kalangan orang Jawa, yang menyebut Idul Adha sebagai Riyoyo Besar (Hari Raya Besar) atau Grebeg Besar, sedangkan Idul Fitri disebut Riyoyo (Hari Raya) saja. Dan perkataan Riyoyo, dikramakan menjadi Riyadin, dalam benak orang Jawa memang identik dengan Idul Fitri. Ada juga kalangan orang Jawa yang menyebut Idul Fitri dengan Riyoyo Bodo (sic., ejaan Jawa yang benar, tentu saja, ialah Riyaya Bada), kadang-kadang Bodo [Bada] saja, yakni, Hari Raya ba'da - sesudah - puasa Ramadhan. Walaupun begitu, kenyataannya ialah bahwa Idul Fitri bagi orang Jawa jauh lebih penting daripada Idul Adha. Sebabnya ialah, pengalaman menjalankan ibadah puasa sedemikian dalam membekasnya dalam hati orang Jawa, sehingga datangnya tanggal 1 Syawal yang seolah-olah mendadak merupakan "pesta makan" menjadi sangat kontras dan berbeda tajam dengan suasana sebulan penuh tanpa makan-minum di siang hari itu. Maka tanggal 1 Syawal pun menjadi amat bermakna, dan Idul Fitri menjelma menjadi Hari Raya par excellence. Budaya Islam yang khas Jawa tersebut - yang sedikit-banyak juga menular ke Madura dan Sunda - dapat ditelusuri asal-usulnya kepada kebijakan budaya keagamaan Sultan Agung, yang antara lain menggabungkan kalender Saka dengan kalender Hijri. Dengan penggabungan itu, angka tahun Saka dipertahankan, tetapi penghitungan hari-bulan dan nama bulan diubah mengikuti kalender Hijri, sehingga yang semula kalender syamsiyah (berdasarkan gerak matahari, solar) menjadi qamariyah (berdasarkan gerak rembulan, lunar). Yang amat menarik ialah cara orang Jawa menamakan bulan-bulan kalendernya yang telah disesuaikan itu. Sekalipun sejajar persis dengan nama-nama bulan kalender Hijri, namun nama-namanya lain, dan diambil dari ciri khusus bulan bersangkutan dalam kalender Hijri itu.
Nama Muharram yang menjadi Suro (sic., seharusnya Sura), berasal dari Asyura, artinya "tanggal sepuluh", karena pada tanggal 10 Muharram itu terjadi peristiwa amat penting, yaitu terbunuhnya Husain, cucu Nabi, di Karbala dalam perang sesama kaum Muslim. Setelah Suro, nama-nama bulan Saka-Hijri ialah, Sapar untuk Safar, Mulud (Mawlid) untuk Rabi' al-Awwal (karena dalam bulan ini ada peringatan Maulid, yakni, kelahiran Nabi), Bakdomulud (Ba'da 'l-Mawlid) untuk Rabi' al-Tsani (jadi, "sesudah Maulid"), Jumadilawal untuk Jumada al-Ula, Jumadilakir untuk Jumada al-Tsaniyah, Rejeb untuk Rajab, Ruwah (al-Arwah, Arwah) untuk Sya'ban (karena kepercayaan umum bahwa bulan ini adalah saat yang baik untuk "kirim do'a" bagi arwah leluhur dan keluarga, dan untuk ziarah kubur, menjelang bulan Puasa), Poso (Puasa) untuk Ramadhan, Sawal untuk Syawwal, Selo (Sela) untuk Dzu'l-Qa'dah (karena bulan ini merupakan "sela" antara Idul Fitri dan Idul Adha), dan akhirnya, Besar untuk Dzu 'l-Hijjah (karena dalam bulan ini ada Riyoyo Besar).
Begitulah letak Idul Fitri atau Riyoyo dalam konteks budaya Islam lingkungan Jawa. Bagi orang Jawa, sebenarnya juga bagi sebagian besar orang Indonesia, Hari Raya atau Riyoyo adalah puncak perjalanan dan perputaran hidup mereka dalam setahun. Boleh dikata seluruh kegiatan mereka selama setahun adalah untuk Hari Raya, menyiapkan diri agar dapat merayakannya dengan bahagia bersama keluarga. Sekalipun gejala "mudik" ada pada setiap bangsa dan budaya seperti orang Amerika pada Thanks giving Day - tinjauan sekilas di atas dapat membantu memberi penjelasan sebab membludaknya gerak pulang kampung pada orang Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.
Hikmah Hari Raya bagi Bangsa Indonesia
Ada indikasi bahwa orang Jawa (Timur?) mulai banyak menggunakan istilah Idul Fitri untuk Riyoyo hanya setelah lebih jauh menjadi "orang Indonesia", melalui pengenalan bahasa Indonesia yang lebih luas. Ibarat membaca jarum jam, gejala ini menunjukkan benarnya pendapat peninjau dan pengkaji luar tentang bangsa kita, bahwa bangsa kita adalah yang paling sukses dari antara bangsa-bangsa baru dalam membina dan mengembangkan bahasa nasional. Orang Jawa sekarang sedang mengalami pengindonesiaan yang sangat deras, sedemikian rupa sampai mengancam eksistensi bahasa mereka. Disebabkan derasnya arus masuk pengaruh bahasa Indonesia, bahasa Jawa sekarang sedang menghadapi tantangan survival-nya, mengingat sangat sedikitnya karya-karya baru dalam bahasa Jawa, dan semakin terbatasnya orang Jawa sendiri yang mampu mengapresiasi karya-karya itu.
Tetapi ibarat "zero sum game", kita kehilangan sesuatu namun mendapatkan sesuatu, dan sebaliknya, maka gejala tersebut itu dapat juga dilihat segi positifnya. Berkenaan dengan Idul Fitri, orang Jawa mungkin akan segera kehilangan pandangan khasnya tentang Riyoyo, seperti juga tentang segi-segi budaya keagamaan yang lain, dan menjadi lebih Indonesia. Maka perbendaharaan budayanya tidak lagi terbatas hanya kepada yang tersedia dalam kekayaan budaya Jawa sendiri, melainkan sudah mengakses budaya-budaya lain dalam lingkungan Nusantara, bahkan dalam lingkungan dunia. Sudah tentu semuanya ini tidak terjadi hanya pada saat dewasa ini saja. Jika persoalannya ialah akses kepada budaya keagamaan Arab di Tanah Suci, gejala pemekaran khazanah budaya keagamaan Jawa itu sudah tumbuh intensif sejak ditemukannya mesin uap yang menggerakkan kapal-kapal laut, yang berdampak pelipatgandaan kemudahan pergi ke Tanah Suci, khususnya untuk naik haji. Timbulnya gerakan-gerakan Islam kontemporer, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang kini tampak sekali peranan nasionalnya, langsung berkaitan dengan kemudahan pergi ke Tanah Suci yang luar biasa melonjak itu, yang juga berarti akses yang lebih besar dan lebih kaya kepada khazanah budaya di luar negeri sendiri.
Dalam keseluruhan perkembangan bangsa yang sedang terjadi itu, Idul Fitri dapat dipandang sebagai paku penguat proses-prosesnya. Melalui jargon-jargon dan logo-logo yang sama untuk seluruh wilayah bangsa, makna dan hikmah Idul Fitri menjadi mudah menyebar dan menasional. Sudah sejak para ilmuwan dan budayawan Aceh sejak berabad-abad yang lalu mengangkat bahasa Melayu dari sekadar sebuah lingua franca menjadi bahasa ilmu dan budaya, perataan jalan bagi tumbuhnya suatu pola budaya yang meliputi seluruh Nusantara telah dimulai, untuk diperkuat melalui bahasa Indonesia modern setelah proklamasi. Dengan fasilitas itu, konsep-konsep dan pengertian-pengertian keagamaan pun berubah, dan cenderung untuk menjadi semakin homogen, setidaknya sangat kurang bertentangan satu dengan lainnya.
Kedalam hal itu, dengan sendirinya termasuk konsep-konsep dan pengertian-pengertian tentang Hari Raya Idul Fitri. Maka orang Jawa, mungkin tanpa banyak kehilangan kekhususan segi Jawanya, mulai melihat Idul Fitri sebagai gejala nasional, jika bukannya malah mondial. Karena itu kesediaan orang Jawa tumbuh semakin besar dan kuat untuk menerima dan mengadopsi budaya Nusantara menjadi budaya sendiri, melalui penerimaan jargon-jargon dan slogan-slogan sekitar Idul Fitri itu yang menyusup melalui bahasa Indonesia. Dari sudut pandang yang optimistik, kita dapat berharap bahwa proses-proses itu akan menjadi sumbangan besar untuk pembangunan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Tersisa sebuah pertanyaan, seberapa jauh hikmah Idul Fitri yang lebih asasi dapat ditangkap bersama dan menjadi ramuan pembangunan bangsa. Idul Fitri sebagai hari besar keagamaan "resmi", mempunyai kaitan langsung dengan nuktah-nuktah prinsipil ajaran agama. Semula ialah, agama mengajarkan manusia diciptakan dalam kesucian asal, yang disebut fitrah, yang membuat manusia itu berkecenderungan alamiah mencari dan menerima kebenaran dan kebaikan, maka manusia disebut hanif. Tempat bersemayamnya kesucian asal itu ialah pusat kedirian manusia, yang disebut "nurani" (bersifat terang). Karena fitrah kehanifan dan nuraninya itu, manusia dilahirkan dalam alam kesucian yang membahagiakan, alam Paradiso.
Tetapi sekalipun punya fitrah yang hanif, manusia adalah makhluk yang lemah. Kelemahan utamanya ialah ia gampang tergoda oleh daya tarik jangka pendek suatu perbuatan, sambil melupakan akibat jangka panjangnya yang mungkin merugikan atau membahayakan. Karena itu manusia selalu terancam untuk tidak dapat menahan diri dari godaan dosa atau zulm (yang artinya kegelapan, lawan cahaya terang), dan ia menjadi zalim, pelaku tindakan yang membawa kegelapan pada dirinya. Pada stadium yang parah, dosa itu membuat seluruh hatinya gelap atau hitam-kelam, dan berubah dari nurani menjadi zulmani (bersifat gelap). Inilah kebangkrutan rohani, yang menyeret manusia keluar dari Paradiso menuju Inferno.
Bulan Puasa adalah bulan suci dan pensucian rohani, melalui latihan menahan diri. Bulan Ramadhan disediakan sebagai Purgatorio. Dengan tujuan menanamkan taqwa atau kesadaran akan hidup dalam kehadiran Tuhan (Tuhan beserta kita, immanu-El), puasa membimbing manusia mendapatkan kembali fitrah dan kesucian primordialnya, pulang ke Paradiso. Itulah saat "kembalinya fitrah" (id al-fitr), yang menjadi nama hari bahagia di akhir bulan Puasa (Idul Fitri).
Maka dengan Hari Raya ini, manusia diharapkan kembali tampil sebagai manusia suci in optima forma. Itu berarti, ia harus menyadari bahwa kesucian adalah pembawaan alamiah dirinya, yang harus dipertahankan dengan tindakan suci. Dan karena kesucian primordial itu ada pada setiap orang, maka melalui Hari Raya ini manusia disadarkan tentang kesucian sesamanya. Konsekuensinya ialah, ia harus menghormati sesamanya seperti menghormati dirinya sendiri, dan ikut berusaha menegakkan pola hidup bersama yang dijiwai oleh sikap saling percaya dengan baik (husn-u al-zann, prasangka baik). Sebaliknya, sikap saling tidak percaya atau curiga (su' al-zann, prasangka buruk) adalah bertentangan dengan dasar kesucian primordial, sehingga dengan sendirinya juga tidak manusiawi, menyimpang dari fitrah yang hanif.
Banyak pengamat yang mengatakan, persoalan negara kita sekarang ini adalah akibat masyarakat kita telah tumbuh menjadi masyarakat dengan tingkat saling percaya yang rendah (low trust society). Demokrasi yang sehat tidak mungkin tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang demikian itu. Pada saat-saat seperti sekarang ini, kiranya patut sekali kita merenungkan, menangkap dan mengamalkan hikmah Hari Raya, demi pembangunan bangsa menuju masa depan yang lebih baik. Maka kita ucapkan Minal Aidin Walfaizin, "Semoga kita semua tergolong mereka yang kembali (ke fitrah) dan berhasil (dalam latihan menahan diri).

Murtado Macan Kemayoran

Pada masa dahulu ketika Kompeni Belanda masih berkuasa di Indonesia, di daerah kemayoran tinggallah seorang pemuda bernama Murtado. Ayahnya adalah bekas seorang lurah di daerah tersebut. Karena sudah tua, kedudukannya digantikan oleh orang lain. Murtado mempunyai sifat-sifat yang baik, tidak sombong, baik kepada anak kecil, hormat kepada orang tua dan senantiasa bersedia menolong orang-orang yang mendapat kesusahan. Di samping itu dia tekun menuntut ilmu agama, mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan lainnya seperti ilmu bela diri dan sebagainya. Oleh karena sifat-sifatnya yang terpuji itu, maka Murtado disenangi oleh penduduk di kampung tersebut.
Ketika itu, keadaan masyarakat di daerah Kemayoran tidak tenteram. Penduduk selalu diliputi rasa ketakutan, akibat gangguan dari jagoan-jagoan Kemayoran yang berwatak jahat ataupun gangguan dari jagoan daerah lainnya yang datang ke daerah ini untuk mengacau atau merampas harta benda penduduk, kadang-kadang mereka tidak segan-segan membawa lari anak perawan ataupun istri orang yang kemudian diperkosa dan kalau melawan disiksa dan dibunuh.
Penduduk di daerah itu kebanyakan merupakan petani-petani kecil, di samping itu ada juga berdagang kecil-kecilan seperti membuka warung kopi dan sebagainya. Akibat gangguan-gangguan keamanan ini, banyaklah warung-warung mereka ditutup, sehingga mereka jatuh melarat dan menjadi bangkrut. Di samping gangguan keamanan itu, pihak kompeni sebagai penguasa turut menyusahkan mereka dengan jalan memungut segala macam jenis pajak kepada rakyat. Di samping itu juga mereka diwajibkan menjual hasil buminya kepada kompeni dengan harga yang murah sekali. Kemudian mereka juga diperas oleh tuan-tuan tanah bangsa Belanda dan Cina yang memungut sewa tanah ataupun rumah dengan semaunya saja tanpa belas kasihan.
Selain itu penguasa baru yang disokong kompeni sebagai kakitangannya yaitu orang pribumi sendiri ialah Bek Lihun dan Mandor Bacan telah turut pula bertindak sewenang-wenang seperti merampas harta rakyat, merampas istri-istri orang ataupun anak perawan yang diculik, dikawini dan diperkosa. Tindakan mereka berdua sangat kejam dan mereka hanyalah memikirkan keuntungan pribadinya saja serta mengambil muka kepada penguasa kompeni. Pada waktu itu wakil kompeni yang ditunjuk oleh Belanda untuk menguasai daerah Kemayoran itu, adalah bernama tuan Rusendal, seorang Belanda. Di dalam melaksanakan perintah di daerah ini, Rusendal memerintahkan Bek Lihun memeras rakyat dengan segala macam pajak. Lalu Bek Lihun menugaskan pula bawahannya Mandor Bacan untuk melaksanakan segala macam pungutan liat tersebut. Siapa yang membangkang akan mereka siksa dan mereka bunuh.
Pihak kompeni di dalam melaksanakan pemerintahan di daerah ini, tidaklah memperhatikan kepentingan rakyat. Mereka tidak memperhatikan jaminan keamanan di kampung tersebut. Kalau ada para pengacau memasuki kampung, mereka tidak memperdulikan, melainkan hanya menjaga kesalamatan mereka sendiri saja. Ataupun selama kepentingan mereka tidak terganggu, mereka bersikap apatis terhadap gangguan-gangguan perampok tersebut. Tetapi kalau sampai kepentingannya dihalangi, misalnya ada seorang jagoan yang berwatak baik mencoba menghalangi para perampas rakyat kakitangan kompeni, mereka baru bertindak dengan mengadakan penangkapan-penangkapan. Setelah berhasil ditangkap, lalu dijebloskan ke dalam penjara.
Pada suatu hari di kampung Kemayoran diadakan derapan padi (panen memotong padi). Setelah meminta izin kepada penguasa, maka rakyat diperbolehkan melaksanakan upacara tersebut dengan syarat setiap lima ikat padi yang dipotong, satu ikat adalah untuk yang memotong, sisanya empat ikat untuk kompeni. Petugas yang mengawasi jalannya upacara itu ditunjuk Mandor Bacan.
Beberapa waktu setelah upacara itu berjalan, ada seorang anak gadis yang cantik ikut memotong padi. Murtado sebagai pemuda kampung itu juga ikut di samping gadis tersebut. Mereka rupanya sudah lama berkenalan. Tiba-tiba Mandor Bacan melihat ke arah gadis itu dan menegurnya dengan kasar “Hei, gadis cantik, kamu jangan kurang ajar dan berlaku curang ya! Coba saya lihat ikatan padimu, ini terlalu besar”.
Setelah berkata demikian, Mandor Bacan menarik ikatan padi itu dengan belatinya, kemudian gadis itu dipegangnya. Dengan menyeringai melihat wajah gadis itu, Mandor Bacan mulai ingin mempermainkan gadis ini. Dia menjadi bernafsu melihat kecantikan wajahnya. Tetapi ketika Mandor Bacan ingin memegang pipi gadis ini, tiba-tiba pisau belatinya ada yang menangkisnya, sehingga terpental jauh. Rupanya Murtado yang melihat kejadian tersebut merasa gemas akan sikap Mandor Bacan. Lalu terjadilah perkelahian antar Mandor Bacan melawan Murtado. Dalam perkelahian itu Murtado memperlihatkan ketinggian ilmu beladirinya, sehingga Mandor Bacan dapat dikalahkan dan lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Kejadian ini dilaporkannya kepada Bek Lihun. Mendengar laporan mandornya, Bek Lihun menjadi marah dan mengancam Murtado. Tetapi Murtado sudah mempersiapkan diri dan ketika dicari oleh Bek Lihun dan anak buahnya, tidak dapat dijumpainya.
Setelah puas mencarinya, tetapi tidak bertemu Murtado, pada suatu hari Bek Lihun yang merasa penasaran mampir untuk minum-minum di sebuah warung kopi. Kemudian di warung itu ada beberapa orang anak muda, yang ternyata mereka itu adalah teman-teman Murtado, tetapi Bek Lihun tidak mengetahuinya. Beberapa waktu kemudian, ketika sedang minum-minum, lihatlah Murtado di depan warung itu. Melihat Murtadi lewat lalu Bek Lihun bangkit dari duduknya dan mengejar pemuda itu. Setelah bertemu lalu dihadangnya. Tetapi Murtado tenang-tenang saja.
Ketika Murtado akan meneruskan langkahnya, tiba-tiba Bek Lihun memegang bahunya seraya berkata:
“Hei, pemuda sombong! Kamu sok jago ya? Jangan berlagak membela rakyat. Aku jijik melihat sikapmu. Kalau kamu benar-benar berani coba rasakan kepalan tanganku ini!”
Murtado masih saja bersikap tenang, kemudian menjawab:
“Hei Lihun pemeras rakyat, kamu jangan murtad ya! Kalau kerjamu hanya memeras rakyat, pastilah Tuhan akan menghukummu. Tidak ada satupun perbuatan keji demikian yang direstui oleh Tuhan. Kelak kamu pasti akan hancur musnah, akibat perbuatan jahatmu itu. Sekarang insyaflah kamu, bahwa yang kamu peras itu adalah bangsa dan rakyatmu sendiri. Kalau kamu tidak insyaf aku sendirilah yang pertama akan menentangmu!”
Mendengar kata-kata Murtado in makin marahlah Bek Lihun. Kemudian berkata:
“Hei anak kemarin, kamu jangan banyak bicara! Kamu masih belum tahu apa-apa, ilmumu belum seberapa, jangan berani mencoba-coba. Aku pecahkan kepalamu, kamu baru tahu”.

Sambil berkata demikian, Bek Lihun mengayunkan kepalannya ke kepala Murtado. Tetapi Murtado mempersiapkan ilmu beladiri sebaik-baiknya. Dia merasa yakin, bahwa dia pasti ditolong Tuhan karena dia membela yang benar, membela rakyatnya daripada pemerasan kakitangan penjajah Belanda.
Ayunan kepalan tangan Bek Lihun, dapat ditangkis oleh Murtado. Kemudian Murtado mengayunkan kakinya, tepat mengenai dada Bek Lihun. Bek Lihun tidak dapat mengelak, lalu tertelentanglah tubuhnya ke tanah. Dengan rasa yang mendongkol, lalu dia mencabut golok yang terselip di pinggangnya. Tetapi Murtado tidak khawatir. Murtado hanya memperbaiki sikap berdirinya, kemudian dengan mata yang awas dan tenang, dia memperhatikan gerak-gerik Bek Lihun. Ketika Bek Lihun menyerang dengan golok itu, dapat dielakkannya dan dengan sekali pukul dapatlah dipukulnya punggung Bek Lihun. Golok itu terpental dan Bek Lihun menjerit tersungkur ke dalam selokan di pinggir jalan. Tubuhnya terbenam ke dalam lumpur dan kakinya terasa sakit sekali tidak dapat digerakkan. Murtado yang masih merasa kesal akan perbuatan Bek Lihun, lalu mengangkat Bek Lihun dan memutar-mutar tubuhnya, sehingga Bek Lihun menggelinting-gelinting dan ketakutan. Mendengar suara teriakan Bek Lihun meminta tolong dan kesakitan pemuda-pemuda teman Murtado yang sedang duduk di warung, datang melihat ke tempat kejadian itu. Dilihatnya Bek Lihun minta ampun dan mengaduh-aduh kesakitan dan Murtado hanya tersenyum saja sambil meninggalkan tempat itu. Setelah pemuda-pemuda mengetahui, bahwa Bek Lihun yang mengaduh-aduh kesakitan, lalu diantarkan merekalah Bek Lihun ke rumahnya. Ketika orang-orang kampung bertanya, tatkala para pemuda itu telah pulang ke rumah mereka masing0masing. Bek Lihun yang merasa malu dikalahkan Murtado menerangkan bahwa dia habis dikeroyok oleh teman-teman Murtado. Dia tidak menerangkan, bahwa dia dikalahkan oleh Murtado sendiri. Dan ketika teman-temannya bertanya kepada Murtado tentang Bek Lihun, Murtado hanya tersenyum-senyum saja sambil menjawab:
“Ah, tidak apa-apa. Saya hanya bercanda dengan Bek Lihun. Saya hanya mengusap kepalanya saja, tahu-tahu dia jumpalitan saja ke bawah”.
Tetapi di dalam hatinya, dia memang ingin memberikan pelajaran kepada penguasa kampung yang memeras rakyat tersebut. Dia merasa bahwa hal itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya yaitu membela kepentingan rakyat.
Semenjak kejadian itu, Bek Lihun bertambah penasaran hatinya. Dia ingin membalas dendam untuk mengalahkan Murtado agar dapat lebih leluasa memeras penduduk Kemayoran. Untunk mencapai maksudnya ini, dicarinya dua orang tukang pukul dari Tanjung Priok untuk membunuh Murtado. Pada suatu malam, Murtado pulang ke rumahnya, tiba-tiba ia dicegat orang. Kedua orang ini mengancam Murtado adar menghentikan tindakan-tindakannya membela penduduk kampung dan jangan menghalang-halangi tindakan Bek Lihun. Mendengar mereka berdua adalah suruhan Bek Lihun. Tetapi Murtado tetap pada pendiriannya untuk melawan setiap tindakan pemerasan yang dilakukan oleh Bek Lihun dan kompeni. Dengan pikiran demikian, maka tidak gentar hatinya menghadapi kedua orang tersebut. Maka terjadilah perkelahian antara Murtado melawan kedua orang suruhan Bek Lihun itu. Dalam perkelahian itu salah seorang musuhnya dapat dikalahkan dan mati. Seorang lagi lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu dan melaporkan semua kejadian ini kepada Bek Lihun. Mendengar laporan orang suruhannya itu Bek Lihun menjadi jengkel, kemudian mulai mengatur siasat memfitnah Murtado membunuh orang di daerah Kwitang.
Murtado setelah kejadian itu, tatap saja tenang. Dia merasa yakin, bahwa orang yang berbuat baik selalu dilindungi Tuhan. Murtado kemudian menggabungkan diri bersama-sama teman-temannya untuk melatih diri menyanyi Kasidah. Sedang mereka bernyanyi lagu-lagu Kasidahan itu, tiba-tiba datang dua orang polisi kompeni untuk menangkap Murtado dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan di daerah Kwitang. Namun teman-teman Murtado membela dan mempertahankan bahwa Murtado semenjak sore berada di tempat ini, jadi tidak mungkin melakukan pembunuhan malam itu. Akhirnya karena pembelaan teman-teman itu, maka polisi kompeni tidak berhasil menangkap Murtado. Lalu gagal pulalah rencana Bek Lihun untuk mencelakakan Murtado.
Menghadapi kejadian ini, Bek Lihun belum puas hatinya. Ia lalu berpikir bagaimana caranya agar dapat mencelakakan Murtado. Setelah kegagalan rencananya itu, lalu dipanggilnya lagi tiga orang jagoan yang berwatak jahat, yang berasal dari daerah Pondok Labu, Kebayoran Lama. Ketiga orang jagoan yang berwatak jahat ini, setelah diberi upah dan bayaran yang tinggi bersedia melenyapkan Murtado. Ketiga orang itu bernama Boseh, Kepleng, dan Boneng.
Ketiga orang itu ditugaskan Bek Lihun untuk membunuh Murtado di rumahnya ketika sedang tidur di malam hari. Caranya ialaha dengan menggasir (menggali tanah untuk masuk ke dalam) di malam hari. Melalui lubang yang digali itu mereka akan dapat masuk ke dalam rumah Murtado.
Dengan rencana yang jahat itu, pada suatu malam yang sepi, berangkatlah Boseh, Kepleng, dan Boneng menuju rumah Murtado. Setelah dilihatnya keadaan Murtado sepi, mulailah ketiga orang itu menggali lobang dalam tanah yang menembus ke lantai rumah Murtado. Setelah beberapa lama menggali, lalu tembuslah lobang itu ke dalam rumah Murtado. Ketika itu Murtado sedang tidur, tetapi tiba-tiba ia mendengar suara orang berbisik-bisik. Setelah diintipnya, terlihat dua orang yaitu Kepleng dan Boneng sedang merangkak-rangkak dalam lobang itu, sedang bersiap-siap untuk masuk. Di tangannya terlihat golok yang sangat tajam.
Sekarang mengertilah Murtado, bahwa dia sedang dcari oleh dua orang penjahat untuk membunuhnya. Melihat situasi yang gawat ini, lalu dengan cepat Murtado berpikir, bahwa dia harus segera melakukan tindakan. Dia berdo’a kepada Tuhan, agar Tuhan melindunginya. Lalu teringatlah dia akan lampu tempel yang terpasang di pintunya. Dengan cepat lampu ditendangnya sehingga ruangan menjadi gelap gulita. Dalam kegelapan itu terjadilah kegaduhan. Rupanya Kepleng dan Boneng terkejut dan tersungkur saling bertindihan. Mendengar suara ramai-ramai ini, lalu masuk pulalah Boseh yang sedang bertugas menjaga di luar. Ketika sampai di dalam dilihatnya ruangan sudah gelap gulita. Ketika dia sedang meraba-raba, terabalah tubuh Kepleng. Kepleng mengira Murtado, lalu dibabatlah dengan goloknya. Terpekiklah boseh kesakitan. Dalam keributan itu, Murtado menggunakan kesempatan yang baik untuk memukul lawan-lawannya.
Perkelahianpun terjadi antara Murtado melawan musuh-musuhnya yang jahat itu. Akibat teriakan-teriakan Boneng, tiba-tiba penduduk kampung menjadi ramai dan teman-teman Murtado mengepung rumah itu karena dikiranya ada maling. Setelah penduduk membawa lampu, terlihatlah perkelahian antara Murtado melawan kedua orang jagoan suruhan Bek Lihun itu, sedang seorang lagi tergeletak di lantai berlumuran darah. Kedua orang ini akhirnya dapat dikalahkan Murtado dan dengan bantuan penduduk ketiga orang ini dapat diserahkan kepada Bek Lihun sebagai penguasa kampung. Penduduk sangat marah, ingin mengeroyok ketiga penjahat itu, tetapi dapat dicegah oleh Murtado yang memerintahkan agar diserahkan saja kepada yang berwajib. Dengan tuduhan ingin merampok, maka ketiga orang itupun ditahan oleh kompeni.
Rupanya Bek Lihun belum puas dengan rencana-rencananya untuk mencelakakan Murtado ataupun untuk membalas sakit hatinya. Pada suatu malam, didatangilah rumah gadis teman baik Murtado yang dahulu bersama-sama memotong padi dengan Murtado. Setelah masuk ke dalam rumah itu, lalu ditangkaplah gadis tersebut untuk diperkosanya. Gadis tersebut menjerit. Kebetulan Murtado akan berkunjung ke rumah tersebut. Mendengar teriakan ini, Murtado buru-buru masuk ke dalam rumah gadis tersebut. Setelah dilihatnya di dalam kamar ternyata Bek Lihun akan memperkosa gadis ini, hilanglah kesabarannya. Dengan sangat marah ditendangnya dan dihajarnya Bek Lihun hingga babak belur. Akhirnya Bek Lihun minta ampun dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Setelah kejadian-kejadian itu, maka mulai insyaflah Bek Lihun. Dia mulai menghargai pemuda kampungnya yang bernama Murtado.
Ketika itu beberapa gerombolan perampok di bawah pimpinan Warsa mulai mengganas di Kemayoran. Setiap malam mereka menggarong dan merampas harta benda penduduk. Kadang-kadang juga melakukan pembunuhan. Menghadapi hal ini Bek Lihun merasa kewalahan dan karena mendapat teguran dari kompeni, karena tidak lagi dapat menjaga keamanan di kampungnya, sehingga pajak-pajak yang diharapkan kompeni tidak berjalan dengan lancar. Bek Lihun akhirnya meminta bantuan kepada Murtado. Murtado menyadari, bahwa mereka juga bertanggung jawab atas keamanan kampung tersebut, akhirnya menyetujui permohonan Bek Lihun. Bersama dua orang temannya yang bernama Saomin dan Sarpin dicarinyalah markas perampok-perampok itu di daerah Tambun dan Bekasi, tetapi tidak ditemui.
Kemudian mereka pergi ke daerah Kerawang. Di sana dijumpainyalah gerombolan Warsa dan dengan kegagahan serta ilmu beladiri yang tinggi, dapatlah gerombolan itu dikalahkan dan menyerah. Warsa sendiri mati dalam perkelahian itu. Oleh Murtado dan teman-temannya semua hasil rampokan gerombolan itu diambil dan dibawanya pulang kembali ke Kemayoran. Kemudian dikembalikan lagi kepada pemiliknya masing-masing. Akhirnya semua rakyat di daerah Kemayoran merasa berhutang budi kepada Murtado dan merasa berterima kasih. Demikian pula penguasa kompeni Belanda sangat menghargai jasa-jasa Murtado dan ingin mengangkatnya menjadi Bek di daerah Kemayoran menggantikan Bek Lihun. Tetapi tawaran Belanda ini ditolaknya, karena dia tidak ingin menjadi alat pemerintah jajahan dan lebih baik hidup sebagai rakyat biasa dan ikut bertanggung jawab akan keamanan rakyat serta berusaha untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan, penindasan, dan pemerasan.